Ketahui Adab-Adab Dalam Belajar Agar Mudah Menyerap Ilmu
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
Malam ^^. Kembali lagi bareng gua di malem minggu yang cerah ini ;). Kali ini kita akan bahas tentang adab-adab atau etika di dalam menuntut ilmu. Untuk apa? Dengan belajar adab-adabnya kita dapat lebih menghargai akan ilmu dan membuat ilmu yang kita dapat menjadi lebih berkah, mudah dipahami, bermanfaat, dan sulit buat lupa.
Nyesel banget gua, kenapa coba gua gak tau ini pas gua masih sd? Duh mungkin bisa fokus belajar dari dulu kalo udah tau ini dari sejak sekolah. Tapi sih, tenang aja, gua bisa praktekin adab-adab ini pas nanti kuliah agar inshaAllah ilmunya tidak sia-sia dan mudah diserapnya.
Yosh beruntung banget bagi kalian yang masih sekolah tapi buat yang sudah lulus sekolah juga masih beruntung karena menuntut ilmu bisa darimana saja, seperti kuliah, kuliah bisa sampai s2 s3, bisa juga belajar di kajian/seminar, dll.
- Buat yang mau jadi orang yang berguna dengan ilmunya, ingin menjadi guru, ingin menghafal quran, ingin menghafal hadits, ataupun ingin belajar ilmu duniawi, sangat sangat sangat direkomendasikan untuk melaksanakan hal-hal dibawah ini.
Langsung saja inilah 61 Adab Menuntut Ilmu. Untuk para pencari ilmu, silahkan hafalkan baik-baik dan terapkanlah.
1. Mengikhlaskan
niat dalam menuntut ilmu. Semata-mata hanya mengharap wajah Allah
Ta‘ala, bukan tujuan duniawi. Seorang yang menuntut ilmu dengan
tujuan duniawi diancam dengan adzab neraka Jahannam.
2. Hendaknya
memiliki rasa percaya diri yang kuat.
3. Senantiasa
menjaga syiar-syiar Islam dan hukum-hukum Islam yang zahir. Seperti
shalat berjamaah di masjid, menebarkan salam kepada yang dikenal
maupun tidak dikenal, amar ma‘ruf nahi mungkar, dan bersabar ketika
mendapatkan gangguan dalam dakwah.
4. Berakhlak dengan
akhlak yang mulia sebagaimana yang dianjurkan dalam nash-nash
syariat. Yaitu hendaknya penuntut ilmu itu: zuhud terhadap dunia,
dermawan, berwajah cerah (tidak masam), bisa menahan marah, bisa
menahan gangguan dari masyarakat, sabar, menjaga muru‘ah,
menjauhkan diri dari penghasilan yang rendahan, senantiasa wara,
khusyuk, tenang, berwibawa, tawadhu‘, sering memberikan makanan,
iitsar (mendahulukan orang lain dalam perkara dunia) namun tidak
minta didahulukan, bersikap adil, banyak bersyukur, mudah membantu
hajat orang lain, mudah memanfaatkan kedudukannya dalam kebaikan,
lemah lembut terhadap orang miskin, akrab dengan tetangga.
5. Senantiasa
menunjukkan pengaruh rasa takut kepada Allah dalam gerak-geriknya,
pakaiannya dan seluruh cara hidupnya.
6. Senantiasa
merutinkan adab-adab Islam dalam perkataan dan perbuatan, baik yang
nampak maupun yang tersembunyi. Seperti tilawah Al-Qur‘an,
berdzikir, doa pagi dan petang, ibadah-ibadah sunnah, dan senantiasa
memperbanyak shalawat.
7. Membersihkan
dirinya dari akhlah-akhlak tercela, seperti: hasad (dengki), riya,
ujub (kagum pada diri sendiri), meremehkan orang lain, dendam dan
benci, marah bukan karena Allah, berbuat curang, sum‘ah (ingin
didengar kebaikannya), pelit, bicaranya kotor, sombong enggan
menerima kebenaran, tamak, angkuh, merasa tinggi, berlomba-lomba
dalam perkara duniawi, mudahanah (diam dan ridaha terhadap
kemungkaran demi maslahat dunia), menampakkan diri seolah-olah baik
di hadapan orang-orang, cinta pujian, buta terhadap aib diri, sibuk
mengurusi aib orang lain, fanatik golongan, takut dan harap selain
kepada Allah, ghibah, namimah (adu domba), memfitnah orang, berdusta,
dan berkata jorok.
8. Menjauhkan diri
dari segala hal yang rawan mendatangkan tuduhan serta tidak melakukan
hal-hal yang menjatuhkan muru‘ah.
9. Zuhud terhadap
dunia dan menganggap dunia itu kecil, tidak terlalu bersedih dengan
yang luput dari dunia, sederhana dalam makanannya, pakaiannya,
perabotannya, dan rumahnya.
10. Menjaga jarak
dengan para penguasa dan hamba-hamba dunia, dalam rangka menjaga
kemuliaan ilmu. Sebagaimana dilakukan para salaf terdahulu. Jika
memang ada kebutuhan untuk itu maka hendaknya ketika ada maslahat
yang besar disertai niat yang lurus.
11. Sangat-sangat
menjauhkan diri dari perkara-perkara bid‘ah, walaupun sudah menjadi
kebiasaan mayoritas orang.
12. Perhatian dan
fokus utamanya adalah mendapatkan ilmu yang bermanfaat untuk
akhiratnya. Menjauhkan diri dari ilmu yang tidak bermanfaat.
13. Mempelajari apa
saja yang bisa merusak amalan, kemudian menjauhinya.
14. Makan makanan
dengan kadar yang sedikit saja, dari makanan yang halal dan jauh dari
syubhat. Ini sangat membantu seseorang untuk memahami agama dengan
baik.
15. Banyaknya makan
menyebabkan kantuk, lemah akal, tubuh loyo, dan malas.
16. Mempersedikit
makan makanan yang bisa menyebabkan lemah akal dan memperbanyak
makanan yang menguatkan akal seperti susu, mushtoka, kismis dan
lainnya.
17. Mempersedikit
waktu tidurnya, selama tidak membahayakan tubuhnya. Hendaknya tidur
sehari tidak lebih dari 8 jam. Tidak mengapa penuntut ilmu
merelaksasikan jiwa, hati, pikiran dan pandangannya jika merasa lelah
(dalam aktifitas belajar) atau merasa lemah untuk melanjutkan. Dengan
melakukan refreshing dan rekreasi sehingga ia bisa kembali fit dalam
menjalankan aktifitasnya lagi. Namun tidak boleh membuang-buang
waktunya untuk itu (liburan).
18. Senantiasa
bersungguh-sungguh untuk menyibukkan diri dengan ilmu, baik dengan
membaca, menelaah, menghafal, mengulang pelajaran dan aktifitas
lainnya.
19.
Aktifitas-aktifitas yang lain dan juga sakit yang ringan, hendaknya
tidak membuat seorang penuntut ilmu bolos menghadiri kajian atau
lalai dari membaca dan mengulang pelajaran.
20.
Bersungguh-sungguh untuk bersuci dari hadats dan najis ketika
menghadiri kajian. Badan dan pakaiannya dalam keadaan bersih serta
wangi. Menggunakan pakaiannya yang terbaik, dalam rangka untuk
mengagungkan ilmu.
21.
Bersungguh-sungguh untuk menjauhkan diri dari sikap meminta-minta
kepada orang lain walaupun dalam kondisi sulit.
22. Mempersiapkan
diri, memikirkan dan merenungkan hal yang ingin disampaikan sebelum
diucapkan agar tidak terjatuh dalam kesalahan. Terlebih jika ada
orang yang hasad kepadanya atau orang yang memusuhinya yang akan
menjadikan ketergelincirannya sebagai senjata.
23. Tidak bersikap
sombong dengan enggan mengambil ilmu dan faidah dari orang yang lebih
rendah kedudukannya atau lebih muda usianya atau lebih rendah
nasabnya atau kurang populer atau lebih rendah ilmunya dari kita.
24. Tidak malu
bertanya tentang masalah yang belum diketahui.
25. Taat kepada
kebenaran dan rujuk kepada kebenaran ketika keliru, walaupun yang
mengoreksi kita adalah penuntut ilmu pemula.
26. Meninggalkan
debat kusir dan adu argumen.
27. Membersihkan
hatinya dari kotoran-kotoran hati, agar hatinya bisa menerima ilmu
dengan baik.
28. Memanfaatkan
dengan baik waktu-waktu senggang dan waktu-waktu ketika badan fit.
Juga memanfaatkan dengan baik waktu muda dan otak yang masih
cemerlang.
29. Memutuskan dan
menghilangkan hal-hal yang menyibukkan sehingga lalai dari menuntut
ilmu, atau penghalang-penghalang yang membuat menuntut ilmu menjadi
tidak maksimal.
30. Senantiasa
mengedepankan sikap wara (meninggalkan yang haram, makruh, dan
syubhat) dalam semua hal. Memilih makanan, minuman, pakaian dan
tempat tinggal yang dipastikan halalnya.
31. Mengurangi sikap
terlalu banyak bergaul, terutama dengan orang-orang yang banyak
main-mainnya dan sedikit seriusnya. Hendaknya ia tidak bergaul
kecuali dengan orang-orang yang bisa ia berikan manfaat atau bisa
mendapatkan manfaat dari mereka.
32. Bersikap hilm
(tenang) dan anah (hati-hati dalam bersikap) serta senantiasa sabar.
33. Hendaknya
senantiasa bersemangat dalam menuntut ilmu dan menjadikan aktifitas
menuntut ilmu sebagai rutinitas di setiap waktunya, baik ketika tidak
safar maupun ketika safar.
34. Hendaknya
memiliki cita-cita yang tinggi untuk akhirat. Tidak hanya puas dengan
sesuatu yang sedikit jika masih mampu menggapai yang lebih, dan tidak
menunda-nunda dalam belajar, bersemangat mencari faidah ilmu walaupun
sedikit.
35. Tidak berpindah
ke kitab yang lain sebelum menyelesaikan dan menguasai kitab yang
sedang dipelajari.
36. Tidak
mempelajari pelajaran yang belum dimampui. Belajar dari yang sesuai
dengan kadar kemampuannya.
37. Selektif dalam
memilih guru. Carilah guru yang mapan ilmunya, terjaga wibawanya,
dikenal keistiqamahannya, bagus pengajarannya.
38. Memandang
gurunya dengan penuh pemuliaan dan penghormatan.
39. Memahami hak-hak
gurunya, senantiasa ingat akan keutamaan gurunya, dan bersikap
tawadhu‘ di hadapan gurunya.
40. Senantiasa
mencari keridhaan gurunya, merendahkan diri ketika ingin mengkritik
gurunya, tidak mendahului gurunya dalam berpendapat,
mengkonsultasikan semua masalah dengan gurunya, dan tidak keluar dari
arahan-arahannya.
41. Memuji ceramah
dan jawaban-jawaban gurunya baik ketika ada gurunya atau ketika
sedang tidak ada.
42. Menghormati
gurunya dengan penuh pengagungan, senantiasa mengikuti arahannya,
baik ketika beliau masih hidup ataupun ketika beliau sudah wafat.
Senantiasa mendoakan beliau, dan membantah orang yang meng-ghibah
beliau.
43. Berterima kasih
kepada gurunya atas ilmu dan arahannya.
44. Bersabar dengan
sikap keras dari gurunya atau terhadap akhlak buruknya. Dan hal-hal
ini hendaknya tidak membuatnya berpaling dari belajar ilmu dan akidah
yang lurus dari gurunya tersebut.
45. Bersegera untuk
menghadiri majlis ilmu sebelum gurunya hadir.
46. Tidak menghadiri
majlis sang guru di luar majlis ilmu yang diampunya, kecuali atas
seizin beliau.
47. Hendaknya
menemui gurunya dalam keadaan penampilan yang sempurna, hatinya tidak
sibuk dengan hal-hal lain, jiwanya lapang, pikiran juga jernih. Bukan
ketika sedang mengantuk, sedang marah, sedang lapar, haus atau
semisalnya.
48. Tidak meminta
gurunya untuk mengajarkan kitab di waktu-waktu yang menyulitkan
beliau.
49. Tidak belajar
kepada guru di waktu-waktu sang guru sedang sibuk, bosan, sedang
kantuk, atau semisalnya yang membuat beliau kesulitan memberikan
syarah (penjelasan) yang sempurna.
50. Jika menghadiri
majlis ilmu, namun gurunya belum datang, maka tunggulah.
51. Duduk di majlis
ilmu dengan penuh asa, tawadhu‘ dan khusyuk.
52. Duduk di majlis
ilmu dalam keadaan tidak bersandar pada tembok atau pada tiang.
53. Memfokuskan
dirinya untuk memandang gurunya dan mendengarkan perkataan gurunya,
memikirkannya benar-benar sehingga gurunya tidak perlu mengulanginya.
54. Tidak menengok
ke arah lain kecuali darurat, dan tidak menghiraukan suara-suara lain
kecuali darurat. Tidak meluruskan kakinya. Tidak menutup mulutnya.
Tidak memangku dagunya. Tidak terlalu banyak menguap. Tidak
membunyikan dahaknya sebisa mungkin. Tidak banyak bergerak-gerak,
hendaknya berusaha tenang. Jika bersin hendaknya merendahkan suaranya
atau menutupnya dengan sapu tangan.
55. Tidak
meninggikan suaranya tanpa kebutuhan dan tidak berbicara kecuali
darurat. Tidak tertawa-tawa kecuali ketika kagum jika tidak kuat
menahan tawa hendaknya tersenyum saja.
56. Ketika berbicara
kepada gurunya hendaknya menghindarkan diri dari gaya bicara yang
biasa digunakan kepada orang secara umum.
57. Jika gurunya
terpeleset lisannya, atau gurunya menjelaskan perkara yang agak
vulgar, jangan menertawakannya atau mencelanya.
58. Tidak mendahului
gurunya dalam menjelaskan suatu masalah atau dalam menjawab
pertanyaan.
59. Tidak memotong
perkataan gurunya atau mendahuluinya dalam berbicara, dalam
pembicaraan apapun.
60. Jika ia
mendengar gurunya menjelaskan suatu faidah atau suatu pelajaran yang
ia sudah ketahui, maka dengarkanlah dengan penuh gembira, seakan
belum pernah mengetahuinya sebelumnya.
61. Hendaknya tidak
bertanya di luar konteks bahasan.
Demikian 61 Adab Dalam Menuntut Ilmu, semoga dapat mencerahkan kalian para pencari ilmu.
Btw ini gua ambil dari muslim.or.id
Untuk lebih lengkapnya, silahkan visit disini
Semoga bermanfaat
Thanks ^^
Demikian 61 Adab Dalam Menuntut Ilmu, semoga dapat mencerahkan kalian para pencari ilmu.
Btw ini gua ambil dari muslim.or.id
Untuk lebih lengkapnya, silahkan visit disini
Semoga bermanfaat
Thanks ^^
ٱلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ
ٱلْعَٰلَمِين
Kommentare
Kommentar veröffentlichen